Friday, December 23, 2011

ECVT KARYA ANAK BANGSA

Dunia industri energi, perminyakan dan kimia di Amerika digemparkan dengan rilis teknologi terapan anyar yang dikeluarkan oleh Ohio State University. Adalah ECVT, atau electrical capacitance volume tomography, sebuah teknologi yang menggunakan sensor medan listrik statis yang bisa menampilkan gambar 3 dimensi dari tingkah laku gas dan partikel di dalam reaktor tertutup. Teknologi ini mengadopsi cara scanning atau fotokopi yang bisa melihat secara real time dan 3 dimensi gerak gas dan partikel di dalam boiler maupun reaktor industri. ECVT ini memiliki akurasi yang tinggi, dan menjadi cikal bakal teknologi berbasis clean energy.

Teknologi yang lahir di “research center” yang tidak lebih dari sebuah ruangan kecil di sebuah warnet di Tangerang ini telah dipatenkan oleh Dr. Warsito, yang menjadi penemunya. Para industriawan dan ilmuwan teknologi terapan bisa menggunakan ECVT ini untuk observasi komposisi bahan di dalam reaktor kimia di industri, kelakuan minyak di pengilangan, kepekatan gas di reaktor untuk instalasi tenaga listrik, kelakuan gas di dalam reaktor nuklir, dan masih banyak reaktor terapan lainnya yang bertekanan tinggi dan suhu tinggi. Teknologi yang sama bisa diterapkan pula ke dalam berbagai bidang dari kedokteran, pertambangan, proses kimia hingga body scan untuk keperluan security.

Sebagaimana rumah sakit yang memakai USG maupun MRI untuk mengetahui gejala penyakit di dalam tubuh, maka kalangan industri pun memerlukan teknologi yang sama. Yaitu menggunakan tomography untuk mengetahui apa yang terjadi di dalam boiler, tangki reaktor maupun reaktor tekanan tinggi secara akurat dan real time. Demikian ditekankan oleh Dr. Warsito, yang menjadi penemu sekaligus pemilik paten teknologi ECVT ini.

Sistem ECVT diperlihatkan seperti di Gambar 1. Sistem ini bisa melihat tembus secara 4 dimensi: 3 dimensi hasil rekonstruksi dan online/realtime. Sistem ECVT ini terdiri dari sistem sensor, sistem data akuisisi dan perangkat komputer untuk kontrol, rekonstruksi data dan display. Gambar 2 memperlihatkan hasil deteksi kelakuan “Boiling Sand”: Ini dihasilkan dari snapshot imaging dengan kecepatan 1/100 detik menggunakan ECVT terhadap pasir yang sedang “mendidih” di dalam reaktor pemrosesan partikel katalis. Teknologi yang sama bisa digunakan untuk melakukan pencitraan terhadap aktifitas di dalam gunung berapi atau semburan lumpur dari kebocoran sumur gas miliki Lapindo seperti yang terjadi di Sidoarjo.

Gambar 1: Skema sistem ECVT – Melihat tembus secara 4 dimensi: Terdiri dari sistem sensor, sistem data akuisisi dan perangkat komputer untuk kontrol, rekonstruksi data dan display

Gambar 2 “Boiling Sand”: Hasil snapshot imaging dengan kecepatan 1/100 detik menggunakan ECVT terhadap pasir yang sedang “mendidih” di dalam reaktor pemrosesan partikel katalis

Dr. Warsito meraih gelar doktor dari Universitas Shizuoka Jepang tahun 1997. Dia memulai research tomography ini sejak tahun 1991 ketika masih menjadi mahasiswa S1. Ketika itu Dr. Warsito mengembangkan Ultrasound Tomography untuk tujuan yang sama yaitu mendeteksi kepekatan gas dan partikel di dalam reaktor multi fase.

Teknologi tomography ini kemudian dibawa ke Amerika bekerja sama dengan Profesor L. S. Fan dari OSU dengan merintis teknologi tomography baru berbasis medan listrik statis. Profesor Fan sendiri semula tidak percaya dan bahkan tidak memahami temuan canggih ini. Tetapi setelah Dr. Warsito mendapat pengakuan dari asosiasi teknik kimia di Amerika dan juga asosiasi industri minyak di sana, baru Profesor Fan tertarik. Profesor Fan kini menjadi terkenal karena ECVT, meskipun telah dipatenkan oleh Dr. Warsito yang beralamat di Tangerang. Paten ECVT tersebut bernomor 60/664,026 tahun 2005 dan 60/760,529 tahun 2006 yang terdaftar dalam dokumen paten AS.

Bangsa Indonesia harus bangga dengan temuan yang bisa diaplikasikan langsung secara luas di dunia industri ini. Temuan atas teknologi pencitraan secara 3 dimensi sempat menjadi headlines di media electronik maupun cetak yang menyangkut sains dan teknologi di seluruh dunia belum lama ini. Berita yang pertama kali dirilis oleh Ohio State Research News pada tanggal 27 Maret 2006 itu kemudian dikutip oleh ScienceDaily (AS), Scenta (Inggris), Chemical Online, Electronics Weekly dan hampir seluruh media pemberitaan iptek di segala bidang dari energi, kedokteran, fisika, biologi, kimia, industri, elektronika hingga nano-teknologi dan antariksa di seluruh dunia. Akankah Dr. Warsito menjadi penerima Nobel di bidang ini? Semoga. (mbu)

read more

Tuesday, December 20, 2011

KAPAL PERANG CANGGIH BUATAN INDONESIA

TRIMARAN merupakan kapal perang canggih berpeluru kendali produk dalam negeri. Kapal ini terbuat dari serat karbon, dengan kecepatan 35 knot dan dipersenjatai peluru kendali yang memiliki jarak tembak 120 kilometer. Industri kapal di Indonesia berhasil membuat kapal perang dengan panjang sekitar 62,52meter tersebut yang terbuat komposit serat karbon, dan ini akan dipatenkan dan diekspor ke luar negeri.
Trimaran ini mempunyai panjang "water line", 50,77 meter panjang "water draft" 1,17 meter, bobot mati 53,1 GT, kecepatan maksimum 30 knot, kecepatan jelajah 16 knot, dengan mesin utama 4X marine engines MAN nominal 1.800 PK.

Armada tempur TNI Angkatan Laut akan segera memiliki Trimaran ini yang sengaja dibuat secara bertahap per unit hingga 2014. Kapal perang ini dibandrol sekitar Rp114 miliar yang diambil dari APBN 2011.

Amerika sendiri pernah membuat kapal sejenis dengan panjang 120 meter namun dari bahan alumunium atau baja. Komposit serat karbon juga telah digunakan untuk pembuatan pesawat airbus Boeing-777 dan mobil formula 1. Ketahanannya 20 kali lebih kuat dibandingkan baja.